Rabu, 13 Juni 2012

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF


METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
 MOTIVASI PENGUNJUNG GUNUNG KAWI UNTUK MELAKUKAN RITUAL CIAM SI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa indonesia sebagai suatu bangsa yang mempunyai beragam potensi budaya untuk diikat sebagai identitas bangsa.Dimulai dari sistem kemasyarakatan,dengan kesenian yang dimiliki,juga upacara adat dan bahasa ini merupakan beragam unsusr unsur budaya yang dimiliki oleh bangsa indonesia dalam kehidupan berbudayanya.Budaya merupakan hal yang penting bagi individu.Individu berperilaku berdasarkan budaya yang merupakan cerminan dari nilai nilai yang dianut dalam masyarakat.Setiap masyarakat tentunya memiliki ciri budaya sendiri.Perbedaan budaya dalam tiap masyarakat seharusnya tidak membuat konflik antar individu atau kelompok.
Perbedaan budaya ini juga terlihat di gunung kawi,terutama perbedaan antara budaya Jawa dan Tiong Hoa.Digunung kawi orang orang Jawa dan Tiong Hoa membaur dan  bersama-sama melaksanakan ritual.Berbaurnya unsur budaya dalam sebuah ritual antara budaya Jawa dan Tionghoa ini terlihat mencolok lagi pada peringatan Malam Satu Suro lalu.Budaya Tiong Hoa yang terkenal dikawasan gunung kawi adalah Ciam Si.Ciam si merupakan jenis ramalan Tiong Hoa.Kegiatanya adalah orang harus mengocok ngocok bilah bambu dalam batang bambu yang besar sampai keluar satu bilah.Bilah bambu tersebut berisi angka yang ditukarkan oleh penjaga ciam si.Penjaga ciam si akan memberikan kertas yang berupa ramalan berdasarkan angka yang keluar dalam batang bambu tersebut.
Berbagai lapisan masyarakat boleh ikut serta dalam melakukan ciam si ini.Baik tua- muda,pria-wanita dan pribumi Tiong Hoa.Bahkan mayoritas pengunjung yang melakukan ciam si ini adalah masyarakat pribumi.Hal ini menunjukan budaya ciam si yang notabene nya bukan budaya asli Indonesia.Dalam ritual ciam si ini




1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah Ciam si di gunung kawi ?
2.      Apa tujuan para pengunjung melakukan Ciam si?
3.      Apa motivasi pengunjung gunung kawi yang melakukan Ciam si?
1.3  Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui sejarah Ciam si di gunung Kawi
2.      Untuk mengetahui tujuan para pengunjung melakukan Ciam si
3.      Untuk mengetahui motivasi pengunjung gunung kawi yang melakukan Ciam si
1.4  Manfaat Penelitian
            Manfaat penelitian ini terbagi menjadi 2, yakni secara teoritis maupun secara praktis. Yakni diantaranya :
Secara Teoritis
            Secara teoritis bahwa penelitian kali ini memungkinkan bisa dijadikan sebagai panduan pada kajian yang memiliki kesamaan bahasan dan dapat dijadikan sebagai pembenahan atas kekurangan pada kajian selanjutnya untuk diadakan penyempurnaan dengan pengkajian yang cukup konseptual, sekaligus dalam rangka pengembangan pemikiran secara akademik.
Secara Praktis
            Ketika hasil penelitian ini memiliki akurasi dan juga memiliki tingkat kebenaran secara rasional atau secara esensial bisa diterima oleh banyak kalangan baik sebagai akademisi maupun sebagai masyarakat umum. Maka tidaklah keliru unutk menjadikan laporan penelitian ini sebagai sarana pengetahuan dan belajar.





BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Motivasi
Merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu dimulai dengan motivasi (niat).
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Abraham Maslow (1943-1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting. Yakni diantaranya:
a)   Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
b)   Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
c)   Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
d)    Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
e)   Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.

2.2  Ciam Si
Ciam si adalah tradisi peramalan yang berakar pada Taoisme Zhang Tao Ling pengembang ajaran Tao yang hidup pada abad ke-2 Masehi,menciptakan metode ciam si dengan tujuan membantu orang orang yang berdoa diklenteng untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup yang dihadapi.Jawaban diberikan dalam bentuk syair yang ditulis dilembar-lembar kertas yang isinya penjelasan atau petunjuk tertentu yang dianggap sebagai jawaban  dewa atau dewi atas doa  yang dipanjatkan. Ciam si sama halnya sebuah ritual “Meramal Nasib” dimana kita akan disuruh untuk mengocok sebuah wadah yang berisi petunjuk-petunjuk nasib kita sampai salah satu diantaranya terjatuh ke lantai, maka itulah yang menjadi “peruntungan” kita pada periode ini. Bila kita merasa bingung dengan artinya, karena kebanyakan kata-kata didalam lembar itu dikatakan secara abstrak, maka kita dapat menggunakan jasa penterjemah yang ada di bagian depan klenteng untuk mengartikan apa yang sebetulnya menjadi maksud dari lembar tersebut.
2.3 Sejarah Ciam si di Gunung Kawi
            Menurut kajian Efendi, pengamat budaya Tionghoa seberang lautan, sekitar 3000 sebelum Masehi di daratan Tiongkok, setiap perhimpunan warga mulai mengenal ‘cara jalan hidup yang baik’. Salah satu perantaranya kepada orang-orang yang mendapat pencerahan dari Tuhan, biasa disebut ‘penguasa langit.Bangsa Tionghoa merupakan ras Mongoloid. Keberadaan Ras Mongoloid sendiri saat ini terbentang dari suku Indian di Benua Amerika (dari Amerika Serikat sampai Argentina), Tiongkok, Tibet, Asia Tengah, hingga ke Indonesia dan sekitarnya.Saling bertempur memperebutkan lahan, akhirnya kumpulan warga saling hidup berdampingan dengan menjalin perdagangan dan lain-lain. Masa damai sekitar 3000 SM di Tiongkok kuno, banyak orang-orang yang datang ke klenteng mencari guru-guru agama untuk meminta bantuan atau pertolongan. Ada yang menanyakan nasib dan jodoh mereka, dan ada juga untuk penyembuhan penyakit-penyakit serta meminta obat-obatan.
Tetapi pada bulan bulan-bulan tertentu, para guru itu tidak ada di klenteng karena mencari obat-obatan di hutan atau di pegunungan, seperti ginseng, jamur, dan lain-lainnya. Dalam pencarian obat ini dibutuhkan waktu berbulan-bulan lamanya.
Untuk itu para guru membuat Ciam Si supaya masyarakat atau orang-orang yang datang dari jauh tidak kecewa karena gurunya tidak berada di tempat.Masyarakat yang tertolong kemudian membawa oleh-oleh untuk Guru tersebut sebagai tanda terima kasih. Karena guru-guru tidak berada di tempat, maka diletakkan di atas meja sembahyang. Ada juga yang datang membawa persembahan kepada Dewa.Dari sinilah timbulnya kebiasaan mempersembahkan sesuatu kepada Dewa. Pemberian persembahan kepada Dewa ini kemudian menimbulkan persaingan di antara masyarakat itu sendiri, sehingga timbullah persembahan Sam Seng.Di mana menurut pandangan masyarakat waktu itu Sam Seng mewakili jenis jenis hewan di dunia, yaitu babi untuk hewan darat, ikan untuk hewan laut, dan ayam untuk hewan udara. Demikianlah persembahan ini berlangsung secara turun-menurun sampai sekarangpun masih ada.Sebenarnya Sam Seng tidak digunakan sebagai persembahan kepada Dewa. Jadi cukup dengan buah-buahan saja, antara lain: apel, pear, jeruk, anggur, dan lain-lain. Yang penting adalah buah-buahan yang segar dan tidak berduri serta serasi dipandang mata.Demikianlah cerita asal usul adanya Ciam Sie dan persembahan pada Dewa




2.4 Kerangka Pemikiran

RAMALAN HIDUP (HARAPAN)
APA YANG MENYEBABKAN PARA PENGUNJUNG MELAKUKAN CIAM SI
MOTIVASI
MOTIVASI PENGUNJUNG
 

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Pendekatan
Laporan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Di mana pendekatan kualitatif merupakan jenis penelitian di mana temuan atau datanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik. Melainkan dengan cara mengobservasi secara langsung fenomena yang sedang terjadi. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif  partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelahmelakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkananalisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan

3.2 Waktu dan Pelaksanaan
            Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 April 2012, dan dilaksanakan pada kawasan kuil ciamsi di Gunung Kawi, Jawa Timur.
3.3 Teknik Pemilihan Subyek
Dalam pemilihan subjek, penulis menggunakan teknik purposeful sampling yang merupakan teknik dalam non-probability sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Dalam purposeful sampling, peneliti memilih subjek penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau memahami permasalahan pokok yang akan diteliti. Subjek penelitian dan lokasi penelitian yang dipilih dengan teknik ini biasanya disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, karakteristik subjek adalah sebagai berikut:
Subjek penelitian ini adalah pengunjung yang berada di sekitar klenteng Ciam si dengan situasi yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Dimana subjek penelitian sedang melakukan pengocokan bambu .Subyek yang dipilih adalah pria yang telah selesai  melakukan Ciam si.Seorang pria yang terlihat dari fisiknya adalah berusia lebih dari 40 tahun.Bapak ini menceritakan dengan jelas mengenai apa itu ritual ciamsi, bagaimana tata caranya, dan motivasi mengikuti ritual ini.

3.4.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dari penelitian.Pengumpulan  menentukan keabsahan dari suatu penelitian.Untuk penelitian ini peneliti membutuhkan teknik teknik sebagai berikut :
3.4.1 Wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang umum digunakan untuk mendapatkan data berupa keterangan lisan dari suatu narasumber atau responden tertentu. Data yang dihasilkan dari wawancara dapat dikategorikan sebagai sumber primer karena didapatkan langsung dari sumber pertama. Proses wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau responden tertentu. Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara tak berstruktur, dimana dalam jenis ini wawancara dilakukan secara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. (Sugiyono, 2010 : 197).
Responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas. Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan,Sehingga mendapatkan informasi tentang motivasi sesorang untuk melakukan Ciam si di gunung Kawi
3.4.2        Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena :
a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal  yang diteliti akan atau terjadi.
b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.
c.  Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.
d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
e.  Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.
Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa jenis observasi yang didasarkan pada cara pengamatannya, antara lain peneliti menggunakan :
a)      Observasi tak terstruktur
Dalam hal ini peneliti tidak mempersiapkan catatan tentang tingkah laku  saja yang harus diamati. Peneliti mengamati arus peristiwa dan mencatatnya atau meringkasnya untuk kemudian di analisis.Observasi tak terstruktur biasanya berkaitan dengan observasi partisipan. Pencatatan dilakukan setelah peneliti ada waktu dan tidak terlibat dalam kegiatan subjek penelitian.

b) Observasi pertisipan
Yang dimaksud dalam observasi partisipan adalah Observer ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan subyek yang diselidiki.Jadi observer ikut dalam kegiatan atau aktivitas melakukan ciam si,mulai dari mengocok bilah bambu sampai dapat memahami kertas nasib.Observe yang dipilih adalah individu yang melakukan ciam  si agar bisa diketahui hal hal yang memotivasi individu tersebut untuk melakukan Ciam si.Peneliti  memilih teknik ini bertujuan untuk menggali informasi yang sebenar-benarnya dari pengunjung yang ia wawancarai.Informasi ini tentunya yang menyangkut dengan motivasi seseorang untuk melakukan ciam si ini.Sehingga observer juga ikut merasakan secara langsung apa yang dirasakan subjek dalam penelitian tersebut.
3.4.3        Studi Pustaka
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan studi pustaka dengan mengumpulkan referensi-referensi dari buku atau internet untuk penunjang sumber penelitian.
            3.4.4 Dokumentasi
Selain menggunakan teknik observasi dan wawancara, dalam hal ini peneliti juga menggunakan dokumentasi dalam pengumpulan datanya. Dokumentasi merupakan suatu informasi yang diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan dokumentasi berupa foto-foto yang diperoleh langsung dilokasi penelitian Ciam si Gunung Kawi

3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik coding sebagai teknik analisa data yang ada. Coding digunakan untuk mencari sekaligus menemukan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, isu-isu penelitian atau permasalahan yang ada. Coding terdiri dari berbagai tahapan, yaitu open coding, axial coding dan selective coding. Open coding didapat dari verbatim yang ada, berisi kategori, properti dan dimensi yang berasal dari verbatim. Setelah proses open coding selesai, dilanjutkan dengan axial coding yaitu prosedur yang diarahkan untuk melihat keterkaitan antar kategori-kategori yang dihasilkan dari open coding. Axial coding terdiri dari causal condition, central phenomenon, consequences, strategies, context dan intervening condition. Setelah proses axial coding, dilanjutkan dengan selective coding, yaitu bentuk rangkuman dari open coding dan axial coding, selective coding ini berbentuk narasi.
Yang akan saya teliti dari fenomena ini yaitu motivasi dari pengunjung Ciam Si itu sendiri dengan menggunakan model dari penelitian kualitatif yaitu grounded theory. Saya memilih menggunakan model ini dikarenakan dengan menggunakan model grounded theory ini mampu menemukan atau menghasilkan teori dari suatu fenomena (central phenomenon) yang berkaitan dengan situasi tertentu. Dari hasil pengamatan dan wawancara, saya menemukan bahwa kebanyakan dari pengunjung Ciam Si ini memiliki motivasi-motivasi untuk dating ke sana. Banyak dari mereka yang bukan penduduk asli gunung Kawi dan datang dari jauh. Ini membuktikan bahwa ada yang mendorong mereka untuk datang ke Ciam Si meskipun harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Yang mendorong perilaku pengunjung yang datang ke Ciam Si ini adalah motivasi. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk meneliti motivasi yang mendasari perilaku para pengunjung tersebut.
Motivasi pengunjung Ciam Si salah satunya dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut yaitu harapan, adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku. Ini terbukti dengan pengunjung yang mengocok bambu sampai berkali-kali. Mereka berharap mendapatkan nasib yang baik. Motivasi yang lainnya yaitu kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya.Peneliti ini ingin mengetahui  motivasi apa yang melatar belakangi pengunjung yang ingin melakukan ritual ciam si di gunung Kawi.


3.6   Keabsahan Data
3.6.1    Validitas
            Validitas merupakan ketepatan interpretasi penelitian berdasarkan bukti-bukti yang mendukung. Dengan kata lain, validitas adalah kecocokan data yang diteliti dengan data yang ada dilapangan. Validitas ini terbagi menjadi 5 macam, yakni diantaranya :
1)  Reflective Validity
            Validitas ini mengandung maksud agar aspek/variabel terukur hendaknya dapat merefleksikan variabel yang sebenarnya hendak diukur.
            Di sini peneliti melihat bahwa para pengunjung Gunung Kawi yang melaksanakan ritual ciamsi ini berdesak-desakkan dan situasi di sana sangatlah ramai. Dari perilaku yang berdesak-desakkan inilah mencerminkan motivasi yang tinggi dari para pengunjug dalam melakukan ritual ciamsi.
2) Ironic Validity
            Vailiditas ini didapat ketika instrument penelitian (peneliti) menggunakan sumber data dalam memperoleh informasi-informasi tentang penelitian yang ia lakukan. Sumber data inilah yang merupakan ironic validity.
Dalam penlitian inilah, peneliti memilih seorang wanita tua sebagai subjek penelitian. Beliau menjelaskan bahwa situasi di ruangan ciamshi ini memang sangat padat atau berdesak-desakkan, selain itu mereka pasti memiliki motivasi ketika melakukan ritual ciamsi ini.
3)  Neo-Pragmatic Validity
            Validitas ini berisi teori yang telah ada dibandingkan dengan topik penelitian. Peneliti memilih teori yang cocok dengan topik yang ia pilih.
            Di dalam penelitian ini, peneliti memilih teori yang sesuai dengan topik penelitian. Yakni peneliti menggunakan teori motivasi Abraham Maslow.
4) Rhizomatic Validity
            Validitas ini memberi gambaran bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi secara linier, namun dengan perhatian yang tinggi, setiap peristiwa itu dapat dipahami dan diungkap banyak cerita sebagai kebenaran yang sahih.
            Peneliti berpendapat bahwa yang menjadi informan yang terpercaya ialah Bu Lip yakni orang yang benar-benar tahu masalah rangkaian ritual Ciamsi dan juga yang benar-benar melakukan rangkaian ritual sampai membuat segala keinginan dan harapannya terkabul. Dari pengalaman inilah yang akhirnya membuat Ibu Lip ini mengajak anaknya dan juga tetangganya. Selain itu, banyak orang yang percaya bahwa ritual ciamsi ini benar terkabul keinginannya berdasarkan informasi dari Ibu Lip.
5) Situated Validity
Validitas ini memberikan contoh kebenaran validitas feminist dalam situasi dominasi pengaruh pria, di mana wanita ingin mengekspresikan perilakunya, tampilannya, emosinya, sifat keibuannya secara beragam. Pada peneltian tentang motivasi ini, terlihat pengunjung yang melakuka ciamsi didominasi oleh orang pribumi.
            Situasi disana menunjukkan bahwa sangat ramai orang yang melakukan ciamsi, dengan beragam motivasi yang melatar belakangi mereka. Sampai-sampai mereka rela melakukan ritual ini walaupun bertentangan dengan budaya mereka.

3.6.2    Reliabilitas
            Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama menghasilkan data yang sama atau peneliti yang sama dalam aktu yang berbeda menghasilkan data yang sama atau sekelompok data bila dibagi menjadi dua kelompok menunjukkan data yang tidak berbeda. Kalau peneliti satu menemukan dalam suatu objek yang berwarna merah, penelti yang lain juga demikian. Reliabilitas terdiri dari 3 macam, yakni diantaranya :
1.         Quixotic Reliability
            Merupakan keadaan dimana suatu metode pengumpulan data secara kontinyu menghasilkan data yang sama (tidak bervariasi). Reliabilitas ini hanya dilihat sekilas oleh peneliti, sehingga reliabilitas ini sering tidak akurat.
            Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa banyak orang yang berkunjung di kuil ciamsi dan memiliki berbagai macam motivasi. Di sini pengunjung yang melakukan ritual ciamsi diharuskan untuk mengocok bambu, dan banyak sekali orang yang rela antri untuk mengocok bambu ini.
2.         Diachronic Reliability
            Diachronic reliability adalah reliabilitas yang menunjuk pada stabilitas suatu observasi dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, diachronic reliability adalah sejarah yang memacu sesuatu ada.
            Pada awalnya, Pendiri perusahaan rokok Bentoel yang merupakan orang Tiong Hoa mencari wangsit di Gunung Kawi. Ia berhasil mendapatkan wangsit dan usahanya pun berkembang pesat. Rupanya, kabar hubungan antara kesuksesan Rokok  Bentoel dan pesarean Gunung Kawi dengan cepat menyebar luas di kalangan masyarakat Tiong hoa. Akibatnya banyak masyarakat Tiong hoa berbondong-bondong datang ke sana. Selainmengikuti upacara ritual standar Islam Kejawen yang dilakukan oleh para juru kunci makam, para peziarah Tiong hoa juga melakukan ritual tionghoanya. Segera saja klenteng kecil dibangun yang letaknya dekat lagi dengan makam. Di ke tiga kelenteng ini diisi oleh  Dewa Bumi Ti Kong, Dewi Kwan Im dan kelenteng khusus untuk Ciamsi (ramalan).
3.         Synchronic Reliability
            Reliabilitas ini mengacu pada kesesuaian data atau informasi di setiap kegiatan pengumpulan data. Dalam mengenal perilaku manusia seringkali didapati adanya persamaan sikap, motif dan perilaku.
            Reliabilitas jenis ini jika dikaitkan dengan motivasi adalah melakukan ciamsi karena keingintahuan dari orang-orang itu sendiri. Persamaan sikap orang-orang yang melakukan  ciamsi ini dikaranakanadanya rasa ingin tahu yang besar dari setiap orang. Ketika mereka ingin melihat ada orang yang telah melakukan ciamsi dan terbukti ramalan itu benar, maka mereka penasaran dan ingin mencoba melakukan ciamsi.


 
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Coding
4.1.1 Open Coding
merupakan proses proses merinci, menguji, membandingkan, konseptualisasi, dan melakukan kategorisasi data .Kegiatanya memberi nama,mengkategorisasikan fenomena yang diteliti yang dilakukan secara mendetail.Kategori ini harus dilakukan secara rinci berdasarkan ciri-cirinya (property),dimensi besaranya (dimension),Faktor pendukung atau yang mempengaruhi (supporsive) dan contoh nyatanya (example)
1. Kategori partisipasi yaitu mengenai motivasi seseorang melakukan ciam si,maka hal itu terlihat dari partisipasinya melakukan ritual ini.Ciri-cirinya adalah;
a. Intensitas, merupakan ciri fisik yang terlihat dari jumlah partisipasi seseorang dalam melakukan ciam si.Dimensinya adalah banyak-sedikit.
b. Rasa ingin tahu, merupakan ciri fisik yang diindikasi seseorang ketika mencoba sesuatu yang baru.Rasa ingin tahu ketika melakukan ciam si.Dimensinya adalah tinggi-rendah
c. Keterlibatan, merupakan ciri fisik yang terlihat dari keikutsertaan individu dalam melakukan tatacara dalam melakukan ciam si dimensinya adalah lengkap-sebagian
2. Kategori Feedback(umpan balik)yaitu respon yang diberikan individu ketika ia termotivasi untuk melakukan ciam si.Maka feedback yang diberikan adalag semakin besar.Ciri-cirinya adalah
a. Memberi uang,yaitu individu memberi uang karena telah menerima jasa ramalanya.Dimensinya adalah banyak-sedikit




4.1.2 Axial Coding
            Merupakan suatu perangkat prosedur dimana data dikumpulkan kembali bersama dengan cara baru setelah open coding, dengan membuat kaitan antara kategori-kategori. Ini dilakukan dengan memanfaatkan landasan berpikir (paradigma) coding yang meliputi kondisi-kondisi, konteks-konteks, aksi strategi-strategi interaksi dan konsekuensi-konsekuensi.
a.      Causal Condition : Kondisi yang menyebabkan orang-orang termotivasi dalam melakukan ritual Ciam si adalah rasa keingintahuan orang-orang terhadap ciam si,banyaknya orang yang meramalkan nasibnya,banyak orang yang percaya dan yakin terhadap ramalan ciam si.
b.      Central phenomenon : Fenomena utama terjadi pada orang-orang yang baru pertama kali melakukan ciam si ini adalah ingin melihat peruntungan ramalan di masa depan
c.       Consequences : merupakan hasil dari suatu aksi yang terjadi.apabila  ketika seesorang kebingungan dalam melakukan ciam si.Mereka hanya melakukan ritual ciam si tanpa melihat tata cara apakah udah benar atau tidak
d.      Strategies : merupakan aksi/interaksi/ cara untuk mengurangi konsekuensi yang terjadi.Ketika seseorang melakukan ciam si tanpa memahami  apa sebenarnya yang mereka lakukan,orang itu akan mencari strategi untuk mendapatka informasi yang seakurat mungkin dalam melakukan ciam si ini
e.      Context : situasi tertentu tempat atau yang mempengaruhi terjadinya aksi,interaksi,strategi dan merupak penyebab dari causal conditions.Contohnya adalah keinginan seseorang untuk meramalkan nasibnya yang dilakukan di kuil ciam si yang terletak di samping pos informasi area Gunung Kawi
f.        Intervening condition : sesuatu yang memfasilitasi atau menghambat dikembangkanya suatu strategi tertentu.Misalnya tidak ada biaya untuk pergi ke Gunung Kawi,kurangnya sumber informasi pada orang-orang mengenai ciam si



4.1.3  Selective Coding
Merupakan suatu proses rekonseptualisasi kategori pokok dalam suatu cerita atau narasi.Narasi ini diarahkan untuk menggambarkan dan menjelaskan dinamika fenomena utama yang menjadi fokus penelitian.Dinamika Fenomena utama yang menjadi fokus penelitian dalam satu bentuk yang integratif.Proses ini secara langsung akan memvalidasi keterkaitan antara kategori-kategori yang diidentifikasi
Motivasi seseorang untuk melakukan Ciam si ini pada dasarnya dari individu itu sendiri.Mereka tersugesti dari orang-orang yang telah melakukan ciam si ini sebelumnya dan mereka pun penasaran inigin mencoba langsung bagaimana melakukan ciamsi tersebut.Jika dikaitkan dengan teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow ,maka individu yang melakukan ciam si ini dikarenakan kebutuhn yang ada pada dirinya. Teori Maslow tentang motivasi secara mutlak menunjukkan perwujudan diri sebagai pemenuhan (pemuasan) kebutuhan yang bercirikan pertumbuhan dan pengembangan individu. Perilaku yang ditimbulkannya dapat dimotivasikan oleh seseorang yang berwenang dan diarahkan sebagai subjek-subjek yang berperan. Dorongan yang dirangsang ataupun tidak, harus tumbuh sebagai subjek yang memenuhi kebutuhannya masing-masing yang harus dicapainya dan sekaligus selaku subjek yang mencapai hasil untuk sasaran-sasaran
Berikut adalah 5 kebutuhan dasar Maslow yang diantaranya adalah merupakan kebutuhan orang yang melakukan Ciam si.Hierarki ini dususun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial:
1. Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah)
Kebutuhan dasar yang harus terlebih dahulu terpenuhi.Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan.Seseorang harus memenuhi kebutuhan ini sebelum melakukan ciam si.Ketika kebutuhan dasar sesesorang ini belum terpenuhi maka ia tidak mungkin dapat melakukan kegiatan ciam si.Maka dapat ditarik kesimpulan orang yang melakukan ciam si ini adalah orang yang kebutuhan fisiologisnya terpenuhi.
2. Kebutuhan keamanan dan ke-selamatan kerja (Safety Needs)
Kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya,wewenangnya dan tanggung jawabnya. Dia dapat bekerja dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan dan wewenangnya.Kebutuhan keamanan ini apabila dikaitkan dengan seseorang yang melakukan ciam si adalah orang yang melakukan  ciam si menginginkan suatu peringatan ketika dalam kertas nasib disebutkan ia akan mengalami nasib sial.Dalam peringatan tersebut tentunya orang-orang akan berhati-hati dalam melakukan hal-hal yang bisa mencelakakan diri mereka.Jika mereka berhati-hati maka mereka akan selamat dari bahaya
3. Kebutuhan sosial (Social Needs)
            Banyak orang yang melakukan ciam si adalah mencoba peruntungan mereka akan hal jodoh.Keinginan untuk melihat peruntungan jodoh ini merupakan bentuk kebutuhan tingkat 3 yang ingin mempunyai relasi sosial dengan orang lain.Jadi pada dasarnya banyak orang yang melakukan ciam si ini dikarenakan oleh pemenuhan kebutuhan sosial mereka dalam mencari jodoh.Misalnya adalah memiliki teman,sahabat,kebutuhan cinta dari lawan jenis dan lain-lain.
            Kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri tidak berhubungan dalam motivasi seseorang melakukan ciam si.
4.2 Pembahasan Masalah
            Bagian ini merupakan pembahasan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat pada Bab I.Pertanyaan tersebut diantaranya adalah
1.      Bagaimana sejarah Ciam si di gunung kawi ?
2.      Apa tujuan para pengunjung melakukan Ciam si?
3.      Apa motivasi para pengunjung gunung kawi yang melakukan Ciam si?
Berikut ini adalah jawabannya
1.      Sejarah ciam si pada dasarnya dibangun oleh orang Tiong Hoa. Ciam si adalah tradisi peramalan yang berakar pada Taoisme Zhang Tao Ling pengembang ajaran Tao yang hidup pada abad ke-2 Masehi,menciptakan metode ciam si dengan tujuan membantu orang orang yang berdoa diklenteng untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup yang dihadapi.Jawaban diberikan dalam bentuk syair yang ditulis dilembar-lembar kertas yang isinya penjelasan atau petunjuk tertentu yang dianggap sebagai jawaban  dewa atau dewi atas doa  yang dipanjatkan. Ciam si sama halnya sebuah ritual “Meramal Nasib” dimana kita akan disuruh untuk mengocok sebuah wadah yang berisi petunjuk-petunjuk nasib kita sampai salah satu diantaranya terjatuh ke lantai, maka itulah yang menjadi “peruntungan” kita pada periode ini. Bila kita merasa bingung dengan artinya, karena kebanyakan kata-kata didalam lembar itu dikatakan secara abstrak, maka kita dapat menggunakan jasa penterjemah yang ada di bagian depan klenteng untuk mengartikan apa yang sebetulnya menjadi maksud dari lembar tersebut.
2.      Tujuan pengunjung melakukan ciam si adalah menjawab rasa ingin tahu orang orang akan ramalan yang terdapat di ciam si.Ketika seseorang ingin tahu akan sesuatu yang baru dalam hal ini adalah ciam si maka mereka akan melakukan ciam si itu dengan sebaik mungkin agar rasa ingin tahu tersebut bisa terjawab oleh pengalaman langsung melakukan ciam si dari individu itu sendiri
3.      Motivasi yang terjadi dalam diri sendiri pengunjung itu sendiri adalah mereka penasaran ingin mencoba atau adanya keinginan untuk mencoba tanpa dipengaruhi oleh orang lain. adanya rasa kepercayaan dan motivasi orang-orang melakukan ritual ciamsi adalah mereka ingin melihat nasibnya sehingga orang termotivasi mengikuti ritual tersebut dan juga mereka memiliki kepercayaan bahwa tujuan mereka sama untuk melihat ramalan nasib sehingga konsekuensi yang dihasilkan saat sesudah melihat peruntungan dalam ritual ciamsi adalah jika hasil dari ramalan tersebut baik maka mereka akan percaya atau dipertahankan sebaliknya jika ramalan ansib itu tidak terlalu baik maka ada kecenderungan ramalan itu akn tidak dipercaya atau mereka percaya dan menghindari hal-hal yang telah tertulis di ramalan nasib tersebut. Manfaat yang diambil oleh pengunjung dalam melakukan ciamsi di gunung kawi adalah mendapatkan pengalaman baru yang telah dirasakan,yaitu ikut serta dalam mencoba peruntungan di ciam si.Selain itu pengalaman ini dapat diberitahukan kepada orang lain sehingga semakin banyak orang yang melakukan ciam si


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Gunung Kawi adalah salah satu tujuan wisata religius sekaligus simbol kemakmuran. Lebih dari itu,Kawasan Gunung Kawi ternyata memiliki magnet lain yang sangat kuat sebagai daya tarik dan penuh dengan mistis.Banyak orang-orang yang melakukan ritual pesugihan.Orang yang berhasil dalam melakukan pesugihan ini adalah pendiri rokok bentoel.Pendiri  perusahaan bentoel diyakini sukses karena mendapat wangsit dari guunung Kawi.Pendiri rokok bentoel yang merupakan etnis Tiong Hoa menjadi tokoh yang menyebabkan banyak orang-orang dari etnis Tiong Hoa lainnya yang ingin mencari pesugihan juga.
Ciam si akhirnya berkembang pesat  ditandai dengan banyaknya para pengunjung yang ingin mencoba peruntungan di Ciam si.Orang orang yang telah melakukan Ciam si ini ikut menyebarluaskan  informasi tentang ramalan ini sehingga banyak orang yang penasaran.Orang orang yang penasaran ini tentunya juga ingin mencoba secara langsung ritual Ciam si.Akhirnya banyak para pengunjung yang berbondong-bondong melakukan Ciam si ini
5.2 Saran       
            Untuk mengantisipasi banyaknya pengunjung yang ingin melakukan ciam si,maka pihak yang berwenang dalam mengurus area gunung Kawi seharusnya menyediakan tempat yang lebih luas agar bisa menampung banyak para pengunjung yang ingin melakukan ritual Ciam si ini







REFERENSI
Maslow, Abraham H., 1984, Motivasi dan Kepribadian, Seri Manajemen No. 104 Cetakan Pertama PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Http://mirnaferdiyawati-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/04/teori-hirarki-kebutuhan-abraham-maslow_7935.html 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar